Home Top Ad

Rohingya Kembali Terjebak di Konflik Myanmar


Junta militer Myanmar menggunakan taktik baru setelah mengalami kerugian besar di Negara Bagian Rakhine bagian barat. Pasukan militer terdesak oleh Arakan Army, kelompok bersenjata etnis Rakhine. Untuk membalas, junta diduga merekrut warga Muslim Rohingya, yang merupakan kelompok minoritas tanpa kewarganegaraan. Taktik ini dianggap sebagai upaya memprovokasi konflik antara Rohingya dan mayoritas penduduk Rakhine.

Hubungan kekuatan di Negara Bagian Rakhine: militer Myanmar melawan Arakan Army, kelompok bersenjata etnis Rakhine. Militer diduga merekrut warga Muslim Rohingya.

Pada bulan Maret, video yang diduga direkam di Rakhine memunculkan kecurigaan bahwa Rohingya sedang direkrut paksa oleh junta, sebuah pengungkapan mengejutkan mengingat sejarah panjang penindasan terhadap mereka oleh militer. Myanmar Witness, sebuah lembaga pengawas hak asasi manusia, menganalisis rekaman yang beredar secara online.

Dalam salah satu video, seorang pejabat terlihat mengenakan baju dengan lambang Komando Militer Regional Barat berbasis Rakhine, sementara beberapa pria yang tampak Rohingya memakai seragam militer Myanmar. Media independen Myanmar Now melaporkan sebagian orang dalam video berbicara dalam bahasa Rohingya. Penyidik memastikan lokasi rekaman di Sittwee, ibu kota Negara Bagian Rakhine, yang masih berada di bawah kendali militer. Myanmar Witness juga memastikan lambang seragam tersebut memang milik Komando Militer Regional Barat.

Video lain memperlihatkan pemuda Rohingya bersenjata di atas truk. Analis senjata Leone Hadavi dari Myanmar Witness mengatakan senjata tersebut adalah BA-63, senapan yang diproduksi oleh industri senjata milik militer Myanmar dan biasanya diberikan kepada polisi.

Beraksi di bawah tekanan

Rohingya telah ditolak kewarganegaraannya sejak 1982 dan tidak wajib mengikuti wajib militer. Mereka mengalami kekerasan sistematis dan pengusiran dari rumah mereka di Rakhine utara. Operasi "pembersihan" militer pada 2017 menyebabkan lebih dari 700.000 pengungsi melarikan diri ke Bangladesh. Awalnya gerakan ini dipicu serangan kelompok bersenjata Rohingya terhadap militer, namun kini junta diduga merekrut Rohingya.

Pada Agustus, NHK mewawancarai seorang pria Rohingya yang mengaku direkrut paksa oleh militer namun berhasil melarikan diri. Dia mengatakan sekitar 40 orang dari desanya dipaksa bergabung. Militer menjanjikan kewarganegaraan jika mereka menang. Pria tersebut juga mengaku dilatih menggunakan senjata dan ditugaskan menjaga pos pemeriksaan militer.

Rekrutmen sebagai tanda keputusasaan junta

Arakan Army menyebut taktik ini sebagai upaya putus asa dari junta yang terdesak. Bentrokan semakin intensif sejak Arakan Army melancarkan serangan tahun lalu, setelah aliansi kelompok pro-demokrasi dan etnis bersenjata terbentuk. Sejak kudeta Februari 2021, Arakan Army menguasai sebagian besar wilayah Rakhine, dengan 10 dari 17 distrik di bawah kontrol mereka.

Komandan Arakan Army, Twan Mrat Naing, mengatakan militer sudah kalah sebelum mulai merekrut Rohingya. Militer juga memasok senjata kepada Rohingya dan mengizinkan mereka beroperasi di wilayah etnis Rakhine.

Laporan International Crisis Group menyebut rekrutmen ini melampaui batas negara, dengan sekitar 2.000 pria Rohingya direkrut dari kamp pengungsi di Bangladesh. Beberapa kelompok bersenjata Rohingya bahkan bekerja sama dengan militer Myanmar untuk merekrut warga Rohingya.

Kontroversi dan ketegangan antar etnis
Rekrutmen paksa ini memicu ketegangan antara warga Rakhine dan Rohingya di Buthidaung, wilayah utara Rakhine. Kedua kelompok saling tuduh melakukan pembakaran desa. Pengungsi Rohingya melaporkan serangan artileri dan drone yang menewaskan ratusan warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan.

Siklus kekerasan dan dampaknya
Ketakutan menyelimuti warga sipil di Rakhine utara. Seorang wanita etnis Rakhine menyatakan banyak warga mereka mengungsi ke kuil Buddha karena kekerasan terus berlanjut. International Crisis Group menyebut strategi militer adalah memecah belah komunitas Rakhine dan Rohingya dengan merekrut Rohingya bersenjata dan menarget warga Rakhine.

PBB melaporkan lebih dari setengah juta orang mengungsi akibat konflik di Rakhine, namun banyak lembaga kemanusiaan kesulitan mengakses wilayah tersebut.


Rohingya Kembali Terjebak di Konflik Myanmar Rohingya Kembali Terjebak di Konflik Myanmar Reviewed by peace on Juni 30, 2025 Rating: 5

Tidak ada komentar