Home Top Ad

"Pemerintahan Misterius" yang Jarang Masuk Pemberitaan di Suriah

Di tengah konflik panjang yang melanda Suriah, berbagai kelompok lokal terus bermunculan dan bertahan dengan caranya masing-masing. Meski banyak yang sudah melebur ke dalam kelompok besar atau bersekutu dengan kekuatan asing, sebagian tetap menjaga identitas serta agenda lokalnya. Di antara mereka adalah milisi pemberontak Druze Al Hajri di Suwayda pro Israel dan Afrin Liberation Forces atau HRE di Aleppo utara.

Keberadaan kelompok Druze Al Hajri di Suwayda seringkali menjadi sorotan karena latar belakangnya yang berakar pada komunitas Druze pro Rejim Bashar Al Assad dan kini pendukung utama agenda neo kolonialisme Greater Israel untuk mendelegitimasi pemerintahan baru Suriah di bawah Presiden Ahmed Al Sharaa. Kelompok ini merupakan barisan sakit hati eks pejabat Assad yang memanfaatkan kelemahan pemerintahan baru untuk ambisi separatisme.

Kekuatan ini dianggap sebagai representasi dari Druze yang ingin diperlakukan istimewa berbeda dengan warga Suriah lainnya.

Modus operandi mereka untuk menarik perhatian global adalah dengan melakukan penculikan bahkan pembunuhan kepada non Druze khsusnya Arab Badui sebagai bagian dari pembersihan etnis. Ketika Damskus itu menangkap para pelaku, mereka akan bertindak menjadi sipaling terzalimi, mirip cara Israel memperkuat hegemoninya di kawasan dengan menunjukkan paling tersakiti jika ada negara sekitar yang tidak bisa tindakan teror Tel Aviv yang sewenang-wenang ke tetangganya.

Walau begitu, meski sudah membentuk militer sendiri bernama Garda Nasional, milisi Druze masih relatif kecil dibanding kekuatan bersenjata lain di Suriah, seperti SDF Kurdi dukungan AS dkk.

Sementara itu, di wilayah barat laut, tepatnya sekitar kantong Tel Rifaat dan desa-desa sekitarnya, muncul Afrin Liberation Forces atau HRE. Kelompok ini berakar pada jaringan pejuang Kurdi dan pro-SDF, namun mereka menjaga struktur yang relatif mandiri. Mereka mendeklarasikan tujuan utamanya untuk mengusir apa yang disebut sebagai pendudukan Turki di Afrin usai Turki tak terima wilayahnya dibombardir dari Afrin.

HRE didirikan setelah Afrin jatuh ke tangan pasukan pemerintahan interim Suriah (SIG) 2018 yang saat itu salah satu pemerintahan oposisi selain penyelamat (SG) di Idlib. Kini kedua entitas ini telah menyatu dan memerintah di Damaskus usai Assad lengser.

Kelompok ini sering mengklaim serangan di Afrin sampai sekarang.

Meski secara garis besar berada dalam orbit SDF, HRE bukanlah pasukan reguler yang terintegrasi penuh. Mereka lebih beroperasi sebagai sel-sel otonom dengan target yang spesifik, yaitu perlawanan terhadap kekuatan Turki di Afrin. Hal ini membuat mereka berbeda dari unit militer SDF lain yang lebih fokus mempertahankan wilayah di timur Efrat.

Sejumlah pengamat menilai HRE memainkan peran ganda. Di satu sisi, mereka mengklaim sebagai perlawanan bagi kalangan Kurdi dan sekutu mereka. Di sisi lain, mereka juga berfungsi sebagai pengendali pedesaan yang mereka kuasai. Pola operasi gerilya mereka mengingatkan pada fase awal perlawanan Kurdi di Suriah utara sebelum terbentuknya struktur militer formal seperti YPG.

HRE mengandalkan basis dukungan dari masyarakat lokal di sekitar Tel Rifaat, Deir Jamal, dan desa-desa lain. Meski wilayah ini terjepit antara pasukan Damaskus, mereka masih mampu bertahan. Situasi ini membuat kawasan tersebut menjadi semacam kantong khusus yang dikelola bersama oleh SDF dan AANES.

Namun, meski punya ruang gerak terbatas, HRE cukup sering mengklaim keberhasilan operasi. Mereka pernah menyatakan bertanggung jawab atas serangan bom rakitan terhadap tentara Turki dan kelompok Hamza Division. Setelah itu, mereka terus melancarkan serangan sporadis yang membuat kawasan Afrin tetap bergolak.

Perbedaan mencolok antara HRE dan kelompok Druze Al Hajri adalah latar belakang ideologi dan basis dukungan. HRE tumbuh dari jaringan Kurdi yang pro-SDF, sedangkan Druze Al Hajri lebih berakar misi menghancurkan Suriah dari dalam untuk kepentingan Greater Israel.

Namun keduanya sama-sama menggambarkan keragaman pola perlawanan di Suriah.

Kedua kelompok ini menunjukkan bahwa di luar kekuatan besar kelompok separatis Suriah seperti SDF dan Druze masih ada kekuatan lokal dengan agenda masing-masing. Mereka bergerak sesuai kepentingan komunitasnya dan sering kali tidak sepenuhnya sejalan dengan strategi kelompok besar.

Di Suwayda, Druze Al Hajri menjadi simbol kemandirian Druze untuk membuli pusat. Mereka juga fokus menjaga keamanan internal dan menghadapi tantangan sosial-ekonomi. Sementara itu, di Aleppo utara, HRE lebih terfokus pada perlawanan militer di Afrin.

Kehadiran dua kelompok ini juga memperlihatkan betapa fragmentasi di Suriah masih jauh dari selesai. Setiap wilayah punya dinamika, kepentingan, dan aktor lokal yang berbeda. Tidak ada satu pola yang bisa diterapkan untuk memahami keseluruhan konflik Suriah.

Bagi banyak pengamat, kelompok-kelompok seperti Druze Al Hajri dan HRE adalah faktor yang bisa memperpanjang kompleksitas konflik. Namun di sisi lain, mereka juga menjadi penanda bahwa suara komunitas lokal tidak bisa diabaikan dalam proses rekonsiliasi dan perdamaian.

Selama hegemoni komunitas merasa diacuhkan, mereka akan cenderung melahirkan kekuatan milisi sendiri. Inilah yang terjadi di Suwayda maupun Aleppo utara. Fenomena ini sebenarnya mengingatkan pada pola konflik di Lebanon pada dekade 1970-an dan 1980-an, ketika milisi komunitas tumbuh subur karena lemahnya otoritas negara.

Bagi Suriah, tantangan ke depan adalah bagaimana memasukkan kelompok-kelompok lokal ini ke dalam kerangka rekonsiliasi nasional. Jika tidak, mereka akan tetap bertahan sebagai kekuatan militer kecil namun bisa membuat sabotase di level masyarakat.

Pada akhirnya, Druze Al Hajri dan Afrin Liberation Forces hanyalah dua contoh dari sekian banyak milisi lokal yang masih ada. Namun keduanya menarik perhatian karena beroperasi relatif mandiri dan mencerminkan kompleksitas politik Suriah.

Keberadaan mereka juga menegaskan bahwa Suriah pascakonflik bukan hanya soal Damaskus versus separatis, atau Kurdi versus Arab dan Druze versus Arab Badui. Ada lapisan lain berupa komunitas lokal yang punya kepentingan berbeda dan siap mengangkat senjata untuk kepentingan regional yang siap menggelontorkan dana.

Dalam kerangka itu, peran milisi Druze Al Hajri dan HRE akan terus menjadi bagian dari mozaik konflik Suriah. Selama ada pemain regional yang ingin mengganggu melalui tangan orang dalam, sulit membayangkan kedua kelompok ini benar-benar hilang dari peta konflik di Suriah.


"Pemerintahan Misterius" yang Jarang Masuk Pemberitaan di Suriah "Pemerintahan Misterius" yang Jarang Masuk Pemberitaan di Suriah Reviewed by peace on September 28, 2025 Rating: 5

Tidak ada komentar